Sabtu, 16 Juli 2011

Tentang Miopi dan Astigmatisme

Oleh: Ayuningtyas Kiswandari

Tulisan ini saya buat setelah kemarin, Sabtu 170711, saya mengotrol kesehatan mata saya. Sudah satu tahun lebih saya tidak memeriksakan diri ke dokter mata. Seperti yang teman-teman ketahui (bagi yang mengenal saya), penampilan saya sehari-hari mengenakan kaca mata. Nah, jika kalian bertemu orang yang mengenakan kaca mata terkadang secara otomatis menanyakan “minus berapa kamu?”. Pertanyaan seperti itu bermacam-macam jawabannya. Apabila si penderita (baca: pengguna kaca mata) memiliki minus dengan nominal yang besar mereka akan segan menjawab, namun tidak banyak dari mereka tetap memberikan jawabannya (lain halnya dengan seorang yang menngunakan kaca mata untuk gaya saja padahal matanya sehat ya, hehehehe).

Seperti yang kita ketahui, rabun dekat (bahasa lainnya miopi) bisa menyerang siapa saja bahkan tidak mengenal usia (kecuali usia tua, biasanya bukan rabun jauh melainkan rabun dekat, hipermetropi). Prihatinnya banyak sekarang anak-anak usia 6 tahun-an sudah menggunakan kaca mata. Sebenarnya penyebab dari miopi ini adalah Kebiasaan yang buruk. Jika boleh sedikit bercerita, kemarin adik saya ikut memeriksakan kesehatan matanya. Beberapa bulan yang lalu matanya masih sehat-sehat saja. Sejak pemeriksaan kemarin matanya sudah memiliki ukuran (masih dengan minus yang kecil yakni 0,5). Menurut dokter spesialis mata, penyebab seorang penderita miopi adalah kebiasaan yang buruk, seperti menonton televisi dengan jarak yang dekat dan waktunya lama. “Sebenarnya dekatnya tidak menjadi masalah, tapi cukup satu jam saja menontonnya, kalau kamu menonton dekat satu jam maka kamu harus mengganti penglihatan dengan jarak pandang yang jauh satu jam juga”, kata Dokter Helario, Sp. M. Pada intinya kita harus menyeimbangkan lamanya jarak pandang mata kita terhadap suatu obyek. Terlebih pada saat menonton televisi, menatap layar komputer, ataupun membaca yang mana jarak pandang mata ke arah objek akan statis.

Tidak hanya itu, ternyata setelah kami berdua memeriksakan diri, saya dan adik saya juga memiliki silinder (astigmatisme). Bedanya dengan miopi apa?, seorang penderita miopi jika melihat suatu objek akan terasa buram, gejala utamanya tentu saja kesulitan melihat objek-objek yang ada di kejauhan secara jelas, biasanya penderita akan menyipitkan mata untuk bisa melihat lebih jelas. Hal ini terjadi dikarenakan bayangan objek yang ditangkap mata jatuh di depan retina atau karena keadaan fisik lensa mata yang terlalu cembung atau tidak dapat memipih seoptimal mungkin sehingga memerlukan bantuan dengan lensa cekung atau minus.

Lain dengan penderita astigmatisme terjadi akibat lengkung kornea mata yang tidak merata.  Bola mata penderita berbentuk lonjong seperti telur sehingga sinar atau bayangan yang masuk ke mata sedikit menyebar alias tidak fokus pada retina. Hal ini menyebabkan bayangan yang terlihat akan kabur dan hanya terlihat jelas pada satu titik saja. Di samping itu, bayangan yang agak jauh akan tampak kabur dan bergelombang. Intinya. gejala silinder ketika melihat objek maka objek tersebut akan berbayang, atau ketika membaca tulisan dengan spasi yang rapat sering kabur ke baris yang sama.

Penyebab silinder bisa karena genetik atau turunan atau tekanan yang berlebihan pada kornea, kebiasaan membaca yang buruk dan kebiasaan menggunakan mata untuk melihat objek yang terlalu dekat. Ketika saya bertanya kepada dokter apakah penderita miopi dan astigmatisme ini bisa disembuhkan atau tidak (alias tidak lagi menggunakan bantuan lensa mata (baca: kaca mata))?, dengan yakinnya pak dokter berkata, “Bisa! Dengan lasik, jadi bola matanya dibentuk kembali seperti sediakala”.  

Oleh karena itulah teman-teman sekalian, mulai sekarang jagalah kesehatan mata kalian. Hindari kebiasaan buruk yang telah dipaparkan dalam tulisan ini, terutama bagi mereka yang kesehariannya dekat dengan benda bercahaya seperti komputer atau bagi kalian yang hobi membaca dan menonton televisi, jaga jarak pandang dan lamanya waktu melihat serta posisinya. Perhatikan pula asumsi vitamin A untuk kesehatan mata karena jika sudah menderita miopi atau astigmatisme pemberian vitamin sebanyak apapun kecil kemungkinan untuk memulihkan penglihatan kita. Bersyukurlah atas nikmat penglihatan yang telah diberikan Allah kepada kita, kini saya sendiri sering merindukan mata sehat tanpa berkaca mata. Wallahu alam bishowab.







Sumber:  

http://www.blogdokter.net/2009/02/12/astigmatisme-mata-silindris/

Kamis, 14 Juli 2011

Memori Saat Bersama, Mas

Goresan sebuah masa antara aku dengan kamu, Mas…

            Saat dipersatukan dalam bingkai mawar dan melati segar dengan lantang mas mencuri perhatian Allah, malaikat, dan seribu satu undangan. Resmi sudah aku menjadi permaisuri hatimu. Bagiku tidak cukup satu setengah tahun hari-hariku penuh dengan semerbak gerak-gerikmu. Aku ingin lebih dari itu karena ini memori tentangmu, sayang…



Saat pandang kita bertemu. Aku mengerti, mas sedang memahamiku.

Saat matamu menatapku,  aku pun mengerti bahwa mas sedang meyakinkanku

;begitulah saat matamu berbicara. Mengungkapkan lebih dari bendungan perasaanmu.

Mengurai kekhawatiranmu akan diriku.

Aku menangkap banyak makna dari siluet tatapmu.



Saat jemarimu mengeja jemariku.

Aku mengerti, mas ingin sekali menuntunku.

Bukan sekedar menuntun melainkan mas juga ingin dituntun.

Maka, saat itu mas benar-benar menggenggam tanganku.

Lagi-lagi mas sedang meyakinkanku

;genggamanmu meyakinkan akan kuatnya perasaanmu padaku.



Saat bahumu begitu tegap disampingku.

Aku mengerti, mas menawarkan sandaran untukku

;sandaran manusiawi yang berfasilitas surgawi.

Begitulah bahumu menyiratkan ketenangan demi menjagaku.



Saat mas mengecup punggung tanganku.

Saat itu mas memajamkan mata.

Sesaat aku kehilangan siluet matamu.

Namun, mas menggantinya dengan sketsa kehangatan

;begitulah saat mas meluahkan seluruh rasamu padaku.

Saat itulah aku ingin detik waktu berhenti di suasana ini.



Aroma di setiap saat bersama mas itu menjadi tulisan pada lembaran diari hariku. Sejak kukenal di akhir tahun silam, mas selalu menjadi purnama dihatiku,



”aku sayang padamu,” katamu serius.



”apa yang berbeda dari sayang padaku terhadap yang lain?,” tanyaku tak kalah serius darinya. Cukup kerlingan matamu menjadi jawaban. Tega nian dirimu, mas. Sejak itu aku terus mencari jawaban dari kerlingan matamu.     

Kini semua tak ada lagi saat itu, yang ada hanya saat sebuah memori tentang kesepian menghampiriku. Naas semua sudut ruangan ini tak mampu melenyapkan bayangmu. Saat bersama mas itulah yang membekas sampai nanti, sampai kita dipertemukan lagi. Sayangnya, aku baru benar-benar mendapatkan arti kerlingan matamu itu sesaat sebelum mas berpamitan dari sisiku, Innalillahi wa inna ilaihi roji’uun.


Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba FF tentang Rindu dan Kehilangan, namun belum takdirnya untuk menang. hihihihi... Daripada naskah ini didiamkan saja akhirnya saya share ajalah di blog... oh ya, naskah ini terinspirasi dari Angelina Sondakh yang ditinggal oleh suaminya, Alm. Adjie Massaid. (waktu itu di televisi ditayangi terus-terusan sih, jadinya gregetan nulis deh, kebetulan juga ada event menulis dengan tema yang cocok, kirim deh..., hehehehhe)

Kamis, 09 Juni 2011

Panggung Tanah Perempuan

Oleh: Ayuningtyas Kiswandari

            Gedung Kesenian Jakarta malam itu menjadi saksi perjuangan bagi anggota Bengkel Sastra UNJ yang dipelopori oleh sastrawati ternama, Helvy Tiana Rosa. Kebanggan yang dirasakan usai pementasan menjadi “harga mati” atas kerja keras mereka. Panggung Tanah Perempuan malam itu bukan sekedar panggung sandiwara dalam angan mereka, bagian dari cita-cita terbesar untuk dapat berdiri di atas panggung mewah GKJ terwujud sudah. Cita-cita besar inilah yang disampaikan oleh Ferdi Firdaus, sutradara pementasan Tanah Perempuan ini.
            Tiga syarat utama sebuah pementasan drama bukan hanya sekedar teori saja. Pertama, naskah drama berjudul Tanah Perempuan menjadi unsur terpenting dalam pementasan ini. Mengisahkan perempuan Aceh yang terpuruk akibat diberlakukannya DOM (Daerah Operasi Militer) di masa Orde Baru, kondisi ini semakin parah saat perempuan Aceh tersebut harus menghadapi beban psikologis yang mendalam akibat bencana tsunami yang melanda kota tersebut. Perempuan Aceh tersebut akhirnya mampu menemukan semangatnya kembali setelah dipertemukan oleh pejuang perempuan dari tanah Aceh. Secara garis besar kita dapat menebak penulis naskah drama yang apik ini, ya dialah Helvy Tiana Rosa.
            Memang benar bahwa teks drama hanyalah sebuah teks, dan ia merupakan artefak atau “sesuatu yang mati”. Pementasanlah yang membuatnya hidup, tetapi perlu diingat bahwa sebelum teks tersebut hidup ada peran sutradara yang menafsirkan dan “menghidupkan” teks tersebut dengan kemampuan visualisasi imajinasinya. Ferdi Firdaus, sutradara pementasan ini mampu memberikan penafsiran pertama bagi teks drama HTR tersebut. Pemilihan pemain yang teliti dan apik hingga mampu mewakili karakter setiap tokoh yang mereka perankan, penggagas pertama bagi latar belakang tiap babak dan adegannya, dan lain sebagainya yang membawa keringat totalitas serta kemampuan Ferdi Firdaus dalam menyutradarai pementasan Tanah Perempuan ini.
            Kedua, pentas dengan segala pendukungnya yang memoles dan menjadikan cerita dalam naskah tidak hanya sekedar tulisan belaka, namun merupakan kongkretisasi pemvisualisasian teks drama melalui sebuah pementasan. Pementasan tidak akan berhasil apabila tidak didukung dengan segala atributnya, mulai dari pemain yang mewakili tokohnya, dekorasi yang mewakili waktu dan tempatnya, tata rias yang turut membantu menguatkan dalam penghayatan karakter tiap tokoh, cahaya yang turut membantu menimbulkan efek laku dramatis atau efek suasana tertentu, dan lain sebagainya. Dalam pementasan Tanah Perempuan ini cukup acungan jempol yang menjawabnya. Pendukung pementasan yang saling terkait satu sama lain inilah yang menjadi kekuatan panggung Tanah Perempuan.
            Kekreatifan imaji sutradara tervisualkan lewat dekorasi panggung. Penulis dramanya sendiri mengatakan bahwa kekurangan naskah ini adalah menyuulitkan untuk dipentaskan, mulai dari logat Aceh sampai pendeskripsian Aceh di masa DOM, masa kekuatan Laksamana Keumalahayati, masa kejayaan Safiyatuddinsyah, masa perjuangan Cut Nyak Dien, dan lain-lain. Kesulitan-kesulitan tersebut mampu diatasi oleh sutradara, terbukti megahnya panggung pementasan mereka yang dibaluti busana ke-Aceh-an, suasana kerajaan Safiyahtuddin Syah, kapal Laksamana Keumalahayati sampai suasana ombak tsunami dan sebagainya berhasil tervisualkan dengan baik.
            Pencahayaan dalam pementasan ini jangan ditanyakan lagi. GKJ tentunya menyediakan lampu pementesan secara lengkap, sehingga mampu mencahayakan pemain yang memiliki karakter yang berbeda. Disamping itu para tata lampu (lighting) benar-benar memfungsikan beraneka bohlam lampu sesuai fungsinya masing-masing. Meskipun ada sedikit gangguan dalam mengatur ketajaman pencahayaan pada beberapa adegan namun tidak mengganggu kekhuyu’-an penonton dalam menyaksikan pertunjukan drama Tanah Perempuan ini. Tidak tertinggal alunan musik yang mengiri jalannya pementasan drama menambah cantik suasana tiap adegannya. Keindahan alunan musik turut membawa perasaan penonton menjadai menggebu-gebu saat efek dramatis mewarnai isi panggung Tanah Perempuan. Ditambah lagi, pada saat pemberontakan DOM terjadinya pembakaran bangunan-bangunan penting di Nanggroe Aceh Darussalam menggunakan media gambar dan sorotan lampu kemerah-merahan serta alunan musik yang menegangkan. Poin plus bagi pementasan drama ini mampu membuang jauh kefiksian keadaan atau situasi yang tidak mungkin terulang kedua kalinya namun diwujudkan kembali di panggung teater seolah hal tersebut terulang kembali.
            Panggung Tanah Perempuan ini pun menjadi tambah meriah saat disukseskan oleh Habibburahman El-Shirazy (Narator), Oki Setiana Dewi (Cut Meurah Intan), Ibu walikota Banda Aceh. Selain itu, sebelum pementesan acara dibawa oleh Astri Ivo dan Asma Nadia (MC). Tak ketinggalan jua, ibu Meutia Hatta ikut memberikan sambutan dan menyaksikan pertunjukan ini. Kehadiran merekalah yang memeriahkan sekaligus membawa pementasan ke kancah nasional. Rencananya panggung Tanah Perempuan ini akan berakhir di Aceh.
            Ketiga, penonton merupakan unsur terpenting dalam sebuah pementasan drama. Bukan pementasan namanya jika tidak ada penontonnya. Segenap tim penggagas sebuah pementasan baik yang dibelakang layar panggung maupun yang diluar cukup mempersembahkan dan menampilkan segala yang mereka imajikan dan mereka hayati saja. Penilaian tetap berada pada kuasa penonton. Laporan ini pun merupakan salah satu buah penilaian dari seorang penonton yang menyaksikan pertunjukkan tersebut, baik itu secara objektif maupun secara subjektif. Di samping sebagai penilai, penonton juga menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan pementasan drama.
            Inilah hasil pengamatan penulis (baca: penonton) dalam menyaksikan pementasan Tanah Perempuan di Gedung Kesenian Jakarta, pada minggu 8 November 2009. Berdasarkan unsur-unsur penting dalam sebuah pementasan drama telah diwujudkan oleh Bengkel Sastra UNJ dalam panggung megah mereka, ya! Panggung Tanah Perempuan.
*****

RATAPAN CERITA USIA RENTA

Oleh: Ayuningtyas Kiswandari
Berakhir sudah! Hari telah gelap
Sayap-sayap mentari kembali disembunyikan oleh selimut malam
Ya, dengan selimut malam!
Bercahaya bulan, berhiaskan bintang
Menutup hariku tanpa kenal izin
Bahkan seperti hari ini
Semua yang ku jalani tak ada yang tersembunyi oleh siang
Bahkan hingga malam ingin pula turun tangan
Sudahlah! Hal yang seharusnya aku kejar esok tak perlu kau pikirkan
Sekarang hanya ada aku dan dia
Berdiri renta membawa derai luka
Ditinggal anak tercinta, pergi membina surganya masing-masing
Setiap luka yang kurasa tak ingin diketahui mu
Karena aku tahu dirimu menanggung beban jua
Tapi ingatlah! Setiap duka dan tawa mu ada ukiran keringat ku
Tengoklah aku sekedip saja
Hingga ku harap kau merasakan senjanya usia ku
Tutuplah kedua tangan mu setelah mengamininya
Aku tak hanya butuh tengadah tangan mu
Berisikan pengharapan atas kebahagiaan ku
Berisikan cahaya bagi catatan perjalanan ku
Dengarlah sayangku!
Aku masih di alam bersama denganmu
Sudah tentu lebih mengkhawatirkan usiaku dari usiamu
Lebih mudah bagiNya memindahkan nomor alam berbeda untukku
Jiwa mu masih lebih bersih dariku
Tatapanmu masih jelas dari pada diriku
Kekuatanmu? janganlah ditanya
Jelas!
Aku jauh lemahnya dari pada mu
Cukuplah! Hanya ragamu yang ku ingin
Hanya sekali
Sekali saja
Keesokannya?
Terserah!
Aku ingin kamu ada, sayang
Mengusap air mataku dengan jari lentikmu
Melihat guratan kulit ku dengan matamu
Menjawab setiap kekhawatiran ku dengan jiwa mu
Melukis senyumku dengan fikiran tajam mu
Menuntunku mengucap kebaikan demi kehidupanku kelak
Tak bisakah kau sebentar menengokku?
Merangkai kata indah bersama denganku
Seperti waktu silam
Kau duduk dipangkuan ku
Menceritakan hal terindah yang kau alami sepanjang hidup mu
Rindu aku ingin sepertimu dulu ketika dipangkuan ku
Tapi mustahil adanya
Kini aku tinggal menunggu
Entah menunggu apa dan siapa?
Aku menunggu dirimu
Dan menunggu tepian hidupku
Jika belum jua kau datang
Tak apa
Diriku sudah pasrah, tepatnya ikhlas
Asal doamu selalu disampingku
Tanpa kenal waktu
Ku harap kau lebih dari itu

Sabtu, 30 April 2011

MASA INDAH BERSAMA SAHABATKU


          “Ayuuuuu… main yuuuukkk!” suara cempreng ciliknya mengalun keras depan pagar rumahku, kakinya di ayun gaya anak-anak. Ah, lucu sekali aku mengenang masa-masa indah bersamanya. Menghabiskan hari di TK Islam Nurul Huda, pergi bersama, main bersama. Semua permainan anak-anak kami coba. Masih ingat sekali semua rangkaian peristiwa itu kulalui penuh dengan kepolosan. Diam-diam kami sejak kecil bakat berdagang. Segala macam barang kami dagangkan, tentunya modalnya dari kantong orang tua kami. Mulai dari kartu lebaran, gelang manik-manik, hingga jualan es jeruk. Sebelum jualan kami selalu bermimpi. “Eh kalo ini laku banyak kita bisa kaya”, kata nanda. “iya ya… nanti aku mau belikan diary ah…”, jawabku sekenanya, “hehehehehehe” tawa kami meledak membayangkan akan mendapat keuntungan besar. Padahal yang terjadi setiap kami menjajakan barang jualan kami, selalu rugi.

          Selain kami satu TK, rumah kami sangat dekat. Rumahnya tepat di depan rumahku. Tetangga-tetangga sudah hapal kalau kami ini memang sahabatan sejak kecil. Orang tua kami memasukkan kami di TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) dekat dengan rumah kami. Aku dan sahabatku ini murid TPA yang bisa dikatakan lumayan nakal. Kenakalan kami masih dalam taraf kewajaran. Kami senang sekali mengganggu ustad kami. Kami mengaji setelah maghrib, letak TPA kami tepat depan lapangan dan disampingnya terdapat rumah kosong dan gelap. Kami tergopoh-gopoh datang ke TPA, karena sudah hampir terlambat. Setelah sampai di depan pintu, kami melihat  beberapa deretan sandal. Belum banyak yang datang, mata kami berpandangan sejenak setelah melihat sandal ustad kami. Lalu tertawa kecil, entahlah ide aku atau ide sahabatku akhirnya sandal ustda itu kami lempar di rumah kosong tersebut.

          Riuh suara surat Al-ashr saut-paut di bibir mungil, itu pertanda pertemuan TPA kami telah usai untuk saat itu. Anak-anak dengan gembira keluar dan menyalami ustad untuk segera lari kecil ke rumahnya. Begitu pun aku dan sahabatku, kami selalu menunggu moment pulang. Aku dan sahabatku langsung terbirit-birit untuk segera pulang karena kami selalu jajan jagung bakar seusai mengaji. Hari itu aku benar-benar terkejut, “Eh! Nan! Sandal kita kok sebelahnya lagi mana?” tanyaku panik. Kami langsung mengitar-ngitari rak sandal, tidak berhasil juga kami temukan. Kami menyerah. Di belakang kami telah berdiri ustad kami sambil tersenyum tipis, dengan suara sabarnya ia bertanya, “Kenapa belum pulang?”, “sandal kita gak ada sebelah pak…” jawab kami serentak. “kembalikan dulu sandal bapak!” kata ustad tersebut dengan mata menyelidiki, kami tidak mau mengakui dengan lugunya kami mengatakan “yeee.. emang kita yang ngumpetin?”, “Hoyo jangan bohong… bapak tau kalian kan yang ngunpetin sandal bapak? Hayo balikin!” katanya masih dengan tenang. Kami tertawa kecil, sambil mendongakkan kepala kami ke atas. Ternyata sandal kami diumpetin di atas atap bangunan TPA. Kejadian ini berakhir dengan mengembalikan sandal ustad kami. Hal itu tak membuat kami jera menjaili ustad kami.

          Itu hanya satu bagian dari kisah masa kecil kami. Persahabatan ini masih tetap abadi hingga saat ini. Meskipun kami jarang bertemu, karena mempunyai kesibukan masing-masing tapi kami tetap menjaga rahasia diatara kami. Terima kasih Prima Relanda sahabat terbaikku. Meskipun aku menemui banyak kawan di luar sana, tetap saja kamu lah yang memegang rahasia terpentingku. Kami bersahabat, karena kami tahu sifat masing-masing. Kini, kami telah sama-sama dewasa. Akhirnya kami dipertemukan Allah di kampus pendidikan yang sama juga. Kelak jika kami menjadi sarjana, kami pun ingin sekali membangun lembaga pendidikan. Semoga saja, keusilan kami saat itu tidak menyertai kami pada saat mengajar nanti.


         
Untukmu, sahabat kecilku hingga saat ini…
Perputaran waktu yang mendewasakanku denganmu   
Ku masih merasakan hangatnya persahabatan kita
                 Maafkan aku…
                 Atas kesibukanku, atas waktu yang kubuang tanpa dirimu
                 Aku senantiasa mencintaimu… karena Allah
                 Karena Allah-lah, aku yakin ikatan persahabatan ini tak kan putus

PENTINGNYA PENDIDIKAN ISLAM SEJAK DINI

Oleh: Ayuningtyas Kiswandari
           
            ”Letak kebahagiaan manusia adalah pada semangat untuk meraih perkara yang bermanfaat bagi dirinya, baik untuk kehidupan dunia maupun akhirat”, kutipan perkataan Ibnu Qayyim ini relevan dengan konsep dari pemerolehan sebuah ilmu. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia. Berbicara mengenai ilmu, maka tidak hanya orang dewasa saja yang mampu mendapatkannya, karena ilmu bagian dari pengetahuan maka seorang anak kecil pun telah mempunyai berbagai pengetahuan sesuai dengan tahap pertumbuhan dan kecerdasannya. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai apa yang diketahui seseorang merupakan hasil dari usahanya mencari tahu segala bentuk yang ingin diketahuinya agar manusia tersebut mampu mengenali jati dirinya, mampu bermanfaat, untuk kehidupan sekarang (dunia) dan masa depannya (akhirat).
            Baik ilmu maupun pengetahuan tak lepas dari ruang lingkup kehidupan pendidikan. Pendidikan salah satu komponen kebutuhan manusia yang harus dipenuhi selain makan, minum, istirahat, dan lain sebagainya. Lantas pertanyaannya mengapa pendidikan merupakan kebutuhan manusia bukan hewan atau tumbuhan?, karena manusialah satu-satunya makhluk yang diciptakan Allah swt dengan perangkat lengkap, memiliki akal. Akal manusia digunakan untuk berfikir dan mencerna segala konsep yang diterima oleh lima panca inderanya, sedangkan hewan memiliki alat indera namun tidak memiliki akal tersebut. Itulah sebabnya mengapa manusia mampu berkembang pesat tinimbang makhluk hidup lainnya. Perlu diketahui bersama bahwa pada waktu lahir seorang bayi hanya memiliki 40% dari otaj dewasanya sedangkan makhluk lain dibekali 70% dari otak dewasanya. Dari sinilah dapat dihubungkan bahwa anak manusia harus banyak melakakukan proses pembelajaran lebih keras agar menjadikan otaknya bernilai 100% dari otak dewasanya.
            Jika ingin berhitung mengenai persenan otak bayi yang baru lahir hingga usia dewasanya dari 40% sudah berapa persenkah perkembangan otak kita saat ini? Apakah benar-benar sudah mencapai 100%? Jika belum, maka pendidikanlah yang sangat mengambil peranan dalam perkembangan otak manusia ini. Berperannya pendidikan tentu saja mengandung banyak aspek dan sifat yang kompleks, oleh karena itulah ada batasan pendidikan yang berbeda berdasar fungsinya. Pertama, Pendidikan sebagai proses transformasi budaya, ini diartikan bahwa pendidikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Kedua, Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi merupakan suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian manusia. Ketiga, Pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara yang merancang kegiatan yang terencana untuk membekali seseorang agar menjadi warga Negara yang baik. Keempat, Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja untuk membimbing seseorang sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja.
            Berdasarkan keempat peranan pendidikan tersebut maka dibutuhkan sebuah pendekatan yang mampu mensinergikan peran fungsi pendidikan itu sendiri. Pendekatan yang dilaksanakan dalam penyelenggaraan pendidikan bisa dilakukan dengan berbagai cara atau metode. Permasalahannya terletak pada variasi metode yang lahir pada saat ini minim nilai ketauhidan kepada Yang Maha Esa. Keminiman ini menurut saya terjadi akibat tidak mampunya tenaga pendidik (pengajar/guru) dalam mengikuti perputaran modernisasi menuju globalisasi pendidikan. Artinya, pendidikan harus segera ‘disuntikkan’ kedalam proses belajar mengajar oleh guru.
            Saya ambil sebuah contoh penerapan Ujian Nasional (UN) yang santer pembicaraannya selalu hangat bahkan derajatnya bertambah menjadi panas dipersepsikan masyarakat Indonesia sejak diberlakukannya tahun 200. Perlu ditekankan disini konteks pembicaraan saya terlepas dari anggapan penghasil devisa bangsa, namun pelaksanaan UN ini yang saya lihat menjadi semacam pembentukan kultural (budaya) waspada ketika mendekati dan lepas kendali setelahnya. Ini berarti bahwa pendidikan di bangsa ini tidak membekali siswa dengan kemanfaatan yang utuh yakni jauh sebelum, mendekati, dan setelahnya harus membentuk pribadi yang siap dengan segala tantangan kedepannya karena sejak jauh hari telah dipersiapkan secara matang.
            Setiap UN tercium harumnya maka pemberitaan penuh dengan berbagai bentuk doa-doa. Seolah-olah belahan bumi bagian sabang sampai merauke berihram bersama memanjatkan doa (beristighosa), bertaubat dan lain sebagainya. Ini sama sekali bukan kegiatan yang buruk, hanya saja menurut saya bentuk doa-doa yang dilaksanakan berbagai instansi pendidikan untuk menghadapi UN ini benar-benar instan. Mereka lupa akan perlunya keistiqomahan dalam memupuk keimanan. Keimanan tidak bisa dibentuk secara paksa dan tergesa-gesa meskipun dikatakan seorang anak telah mengekor kepercayaan orangtuanya, karena pada hakikatnya keimanan butuh realisasi melalui pengorbanan seorang hamba terhadap Allah swt. Dalam merealisasikan itu semua seseorang butuh bimbingan secara berkelanjutan, tidak setengah-setengah bahkan tidak juga secara mendadak. Berkelanjutan disini merupakan salah satu bentuk upaya membangun pendidikan yang baik.
            Inilah yang menjadi titik tekan dan perhatian sebagian kelompok kecil masyarakat yang kini sedikit demi sedikit mulai tersadarkan pentingnya keseimbangan dalam berilmu. Pendidikan Islam (Tarbiyah Islamiyah) tak luput dari konsep perwujudan sila pertama yang dimiliki bangsa ini; Ketuhanan Yang Maha Esa. Mewujudkan sikap berketuhanan Yang Maha Esa tidak serta merta membalikkan telapak tangan, perlu kesadaran yang utuh dari berbagai elemen tenaga pendidikan.
            Mau tidak mau pendidikan islam ini perlu ditegakkan dan dibiasakan demi membangun kepribadian diri yang pada akhirnya menjelma menjadi cakupan yang lebih luas yakni kepribadian bangsa yang baik moral dan etikanya. Moral dan etika yang disampaikan tidak sebatas pada pengetahuan halal dan haram saja tetapi menjadi pakaian setiap pribadi bangsa ini. Penanaman nilai-nilai kebertuhanan Yang Maha Esa menjadi kunci utama bagi terciptanya kemanusiaan yang adil dan beradab sehingga kesatuan Indonesia membawa kerakyatan Negara ini yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan hingga menuju satu tujuan kita bersama dalam membangun keadilan bagi seluruh rakyat di bumi pertiwi ini, Indonesia.        

Jumat, 08 April 2011

Langkahku Menapak Cita


Bersama 7-2 (seusai pelajaran olah raga)

Boys are in 7-1_Chiizzz
Muslimah di 7-1 (miss u childrens^^)
Oleh: Ayuningtyas Kiswandari



Adanya pohon selingkar tangan berasal dari bibit dalam tanah
Akan sampai pada lima KM dimulai dari satu langkah

Seperti itulah kira-kira kata mutiara yang dapat mendeskripsikan bagaimana sebuah cita-cita itu tidak akan tercapai tanpa sebuah permulaan dan tekad untuk mewujudkannya. Masih terkesima dengan pengalamanku berdiri di depan kelas pada saat PPL (Praktek Pengenalan Lapangan). Mahasswa semester 7 yang mengambil jalur kependidikan pasti akan menelan mentah-mentah pengalaman mengajar di sekolah. Ya, menjadi guru sekaligus asisten bagi guru bidang studi di sekolah yang ditunjuk.

Entah bagaimana perasaan guru bidang studi saat menerima mahasiswa PPL, aku tidak merasakan jelas. Pastinya sebagai mahasiswa kami sangat membutuhkan bimbingan beliau dalam terjun ke lapangan pendidikan. Proses belajar mengajar yang dulunya aku menjadi objek (siswa), kini menjadi subjek (guru). Ilmu? janganlah ditanya. Mahasiswa sudah melalui proses penimbaan ilmu dari semester ke semester, yang menjadi kegundahan adalah ketika aku (mahasiswa) harus mampu mentransfer ilmu yang kumiliki pada sekitar 40 anak. Tidak hanya itu, perangkat pembelajaran, metode pengajaran, dan tetek bengek lainnya pun harus aku kuasai.

Siap tidak siap inilah episode hidup yang harus kuhadapi. Perkenalan indah membekas di sanubari terdalamku. Mendapatkan kesempatan mengajar anak-anak kelas satu SMP (7). Bagaimana caraku meluahkan semua perasaan ini? sungguh anak-anak itu masih sangat polos, badannya mungil-mungil, suaranya masih kanak-kanak, tingkahnya selalu mencari perhatian gurunya. Ah! Dasar anak-anak selalu menggemaskan. Kesabaran demi kesabaran terus menyelimutiku menghadapi mereka. Jika aku keras sedikit maka anak-anak langsung diam dan menekukkan wajahnya seraya berkata "Ibu guru galak banget siiihhh...". Jika mereka bosan aku harus mencari cara agar mereka semangat kembali. Hebat! Benar-benar kurasakan betapa mulianya profesi seorang guru itu.

Jauh silam meninggalkan masa kini, masa dimana kini aku menjalani PPLku. Ingat sekali saat aku masih kanak-kanak cita-citaku menjadi guru. Jika kebanyakan anak menginginkan menjadi seorang dokter, maka aku lantang menjawab ingin jadi guru!. Meski tanpa perencanaan, karena semua mengalir begitu saja, aku yakin ini semua adalah aliran doa-doa ibu dan bapakku yang tak lelah mendoa untuk kebahagiaan anaknya. Benarlah aku takkan sampai pada PPL jika tidak memulai dengan tekad menjadi seorang guru.

Kelak Allah akan membuka jalan panjangnya untukku. Ya, entah benar jadi guru sesungguhnya atau tidak, paling utama yang harus disadari, aku adalah madrasah pertama bagi generasi selanjutnya.

Jika bukan karena guru
Mungkin takkan ada profesi lain
Dokter pintar karena guru
Insyinyur cerdas karena guru
Ulama terarah pun karena guru

Guru di atas guru...
Jangan pernah berhenti untuk berguru
Yang terbaik adalah
Menjadi guru tanpa harus menggurui...


Rawamangun, 16/08/2010_23.15
-Syahru Ramadhan-

Kakaknda, SNA, Selamanya....


Irama langkahnya pekat pada memoriku
Meskipun jejak-jejaknya lebih nyata pada permukaan yang basah, kena hujan
Kakaknda...
Dia menyukai alunan melodi hujan
senang beriak tawa, gelegar bahagia saat rinai mata air itu turun
Meski seusainya belum tentu pelangi muncul, namun Kakaknda tetap bahagia
Masih ingat...
Saat aku membetulkan setiap langkahnya yang begitu ketakutan
Menuntun kemana kehendaknya pergi
Dialah kakaknda kami, penuh cerita dalam sajaknya
_______________.......
Setiap pergantian masa, Kakaknda selalu ribut dicarikan adik baru
Bila egoku terus menanyakan, "Tak cukupkah kehadiranku menjadi warna baginya?".
"Adik sudah dewasa, aku masih mau bermain (bersama rinai hujan)", begitu katanya
aku semakin dibuatnya membisu...
"Adik... carikan aku adik baru! aku berjanji akan tetap menyayangimu, percayalah", begitu rengeknya.
sungguh heran... berhadapan dengan Kakaknda berarti aku menerima satu ilmu pelajaran sabar darinya
"Jangan naif Adik, aku ingin membiarkan kedewasaanmu tumbuh tanpa halangan dariku"
"baiklah"
"senyumlah Adik"
meski dipaksakan akhirnya :)
______________.........
(dalam masa yang baru)
"Aku telah mendapatkan seorang Adik"
"Benarkah?"
"Ya"
"kamu sekarang sudah dewasa, sudah jadi Ibu Guru"
"Belum, Kak..."
"tapi kamu Ibu Guru, Ibu Guru!"
"terserah"
"Aku punya hadiah untukmu.."
"Apa itu?"
;merogoh tasnya yang merah jambu, "Aku lupa"
"selalu saja begitu"
"maaf ya Bu Guru..hehehe"
"hehehehe"
_________.....
"Menjadi guru itu sulit, kamu harus berhati-hati... salah sedikit bisa memberikan efek yang luar biasa untuk anak didikmu kelak sampai ia dewasa nanti, dan itu fatal!", Kakaknda serius berkata
"iya aku tahu, sepertimu?"
"iya, masa laluku terlalu membekas untukku... kamu sudah dewasa adik!"
"kakak juga dewasa", kali ini aku menimpal
_________......
terlalu banyak cengkarama kami
waktu yang telah membawa kami pada kenyataan, bahwa kedewasaanku dan Kakaknda jelas berbeda
"masih saja suka main hujan", jengkelku
"selamanya"
"kalau begitu selamanya juga Kakak harus terus berjuang! tanggung... sudah sejauh ini kakak berusaha!"
_________....
mengenai malam tadi. saat pesan Kakaknda sampai di layar ponselku; kini akan kurungkai dalam sebuah sajak yang kalah indah dengan kebersamaan kita.
"JANGAN MAU BERHENTI BERJUANG KAKAKNDA..."
.............................................................
Aku tak peduli Kakaknda bagaimana, bagiku Kakaknda selamanya...


SELAMANYA....

Selasa, 29 Maret 2011

“Ingatlah, Kau Dapat Bertahan karena Tulang Rusuk…”

Oleh: Ayuningtyas Kiswandari

            Hawa tercipta dari tulang rusuk Adam, sependapatkah kalian dengan pernyataan tersebut?. Ternyata ada loh yang berbeda pendapat, menurut salah satu bacaan yang pernah saya baca mengatakan bahwa wanita tercipta dari doa pria. Hmm…? begini nih alasannya; saat itu Adam diciptakan dan hidup di dalam surga, jangan diragukan lagi bahwa Adam bergelimang kemewahan surgawi. Tapi apa kenyataannya? Segala kemewahan itu terasa hambar karena tiada kawan berbagi bagi Adam dalam menikmati surga tersebut. Hingga Adam memanjatkan permohonan “Ya Allah anugerahi hamba teman agar kebahagiaan ini semakin sempurna dalam ridha-Mu”. Maha Pengasih Allah, hingga ia mengabulkan permohonan Adam dengan menciptakan Hawa.
            Terlepas dari perbedaan pendapat diatas, yang jelas wanita menjadi umat yang diciptakan Allah setelah Adam. Meskipun diciptakan setelah Adam bukan berarti wanita menjadi nomor dua dan diduakan ( Loh kok?? :) ). Keimananlah yang membedakan dimata Allah (QS. An-Nahl:97). Jangan kecil hati kaum hawa! Lihatlah, betapa banyak kelebihan yang melekat pada diri kita. Kelebihan? Ya… jika diperhatikan dari segi padanan huruf saja W-A-N-I-T-A lebih banyak dari P-R-I-A, P-E-R-E-M-P-U-A-N lebih banyak dari L-A-K-I-L-A-K-I (padahal sudah direpetisi (diulang) kata ‘laki’), U-K-H-T-I lebih banyak dari A-K-H-I, G-I-R-L lebih banyak dari B-O-Y. Hal ini menandakan kelebihan wanita lebih dari sekedar tulisan.
            Berbekal perasaan yang terus diasah, perempuan berlari lebih dulu dari laki-laki. Kekayaan jiwalah yang membuat kaum hawa sanggup menjalankan multiperan. Baik sebagai seorang gadis, istri, dan ibu yang baik. Keistimewaaan yang komplit itu melahirkan cinta dan kasih sayang. Kenalkah kalian dengan Paparons Pizza? Siapa dibelakang Paparons Pizza? Dialah Haji Hisyam Said, seorang pengusaha sukses, penasihat Jaringan Pengusaha Muslim Indonesia (JPMI). Lalu apa rahasia suksesnya dalam mengelola Paparons Pizza?
  1. Kerja keras
  2. Minta doa restu kedua orangtua
  3. Tidak lepas dari Al-Quran
  4. Jangan lupa sedekah
Dan yang terpenting dari itu semua adalah “kekuatan dahsyat seorang ibu.” Figur saya adalah ibu saya, kata Hisyam Said. Masih banyak contoh sukses lainnya yang semua bermula dari penghormatan tinggi kepada kaum hawa (ibu).
            Laki-laki memerlukan suntikan moral dari istri, dan tunggulah hal-hal hebat sanggup dilakukannya. Munir adalah contoh suami yang memperoleh energy perjuangan dari kekuatan cinta wanita. sederet panjang penghargaan disandangnya. Inilah kekuatan kaum hawa terletak pada kesucian cinta yang dipersembahkan bagi orang-orang yang dikasihinya.
            Beku sudah lisan ini ketika tak ada lagi air mata wanita yang senantiasa menetes saat mendoakan orang-orang yang dikasihinya. Dan.. disaat itu sederet kata tercipta:
 ‘Dibalik pahlawan besar, ada wanita-wanita besar’ tentu saja sejarah kembali mengulang betapa ‘Ada ibu dibalik kesuksesanmu’ bahkan ketika kau ingin memicingkan mata untuk kaum hawa, suatu saat kau akan kecewa karena ‘selalu ada perempuan kuat dibalik keberhasilan lelaki hebat’… maka ‘ingatlah, kau dapat bertahan karena tulang rusuk’
 *****
Sumber:
The Great Power of Mother karya Solikhin Abu Izzuddin
Ukhti hatimu di Jendela Dunia karya Yoli Hemdi


Minggu, 27 Maret 2011

Rumus SUKSES Berawal dari MEMBACA

Oleh: Ayuningtyas Kiswandari


Ambilah pelajaran dan hikmah dari setiap kejadian yang ada disekitar kita, memang begitulah hakikatnya sebuah kehidupan. Kejadian itu salah satunya dapat kita peroleh dari sebuah kegiatan yang awalnya hanya untuk santai-santai saja, misal pada saat kita menonton acara televisi. Ya, inilah yang terjadi pada saya, maksud hati hanya iseng-iseng saja menyalakan televisi dan menonton berita di bulan Mei ini, rasanya tidak asing llagi ini bulannya pendidikan. Pendidikan yang saya bicarakan disini hanya payung kecilnya saja. Hasil reportase memberitakan seorang siswi SMP Negeri 1 Karanganyar, Kebumen menjadi peraih nilai UN terbaik se-nasional. Kebanggaan sudah tentu dirasakan kedua orangtua, guru, teman-teman, dan Fitriana (nama siswi tersebut). Disaat anak-anak yang lain dihinggapi rasa kegugupan serta ketakutan yang berlebih menghadapi Ujian Nasional justru Fitriana mengaku santai saja.

Tentunya kita semua bertanya apa yang membuat Fitriana tidak gugup seperti teman-teman yang lainnya. Kunci jawaban pertanyaan kita cuma satu yaitu MEMBACA. Tepat sekali, yang membedakan Fitriana dengan anak-anak yang lain adalah intensitasnya yang lebih dekat dengan aktivitas membaca. Alhasil nilai yang dicapai dari empat mata pelajaran hampir sempurna yakni 39,8 atau rata rata mendapatkan 9,95. Bahasa Indonesia mendapatkan nilai 10, Matematika 10, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memperoleh 10. Hanya Bahasa Inggris yang mendapat 9,8.

Sebenarnya tidak ada yang spesial dari Fitriana ini, layaknya anak-anak seusianya senang bermain. Namun, memang diakui Cipto Raharjo, sang Ayah, bahwa ”Fitriana memang rajin belajar. Baik saat menjelang ujian maupun tidak, anaknya itu suka mengulang pelajaran di rumah. Waktunya tidak menentu, namun lebih sering belajar pada malam hari.” Pantas jika sejak SD anaknya memang cukup pintar. Sehingga waktu masuk SMPN 1 Karanganyar, dia menjadi terbaik ke-2 dan mendapatkan beasiswa selama setengah tahun.

Inilah salah satu hikmah yang dapat kita ambil. Kesuksesan yang kini dicapai Fitriana adalah dari sebuah usaha yang sebenarnya kita semua mampu melakukannya, MEMBACA. Ini mengingatkan kita kepada ayat al-qur’an yang turun pertama kali yaitu al-alaq; iqro’ (membaca). Tidak perlu diragukan lagi, bahkan kita tak punya pilihan lain jika ingin sukses ya membaca. Membaca apapun yang ingin kalian baca karena dengan membaca berarti kita telah memberikan kesempatan kepada saraf-saraf otak kita untuk senantiasa bekerja melalui proses berpikir dan mencerna sebuah informasi.

Sekali lagi, ini menjadi pelajaran bagi kita semua dan khususnya bagi saya sendiri (penulis) untuk mulai mengaktifkan kembali gerakan membaca. Mari kita bangun budaya membaca. SELAMAT MEMBACA, MAKA KESUKSESANMU ADA DI DEPAN MATA!.

Cermin Tinggi Bangsa karena Bahasa

Oleh: Ayuningtyas Kiswandari*

            Perjalanan bangsa Indonesia sangatlah panjang. Peranan sejarahlah yang mengantarkan kita ke depan gerbang kemerdekaan yang aromanya masih terasa di dada masyarakat Indonesia, terutama pemudanya. Pemuda dikategorikan berdasarkan umur 15 hingga 35 tahun).[1] Terkait dengan umur pemuda biasanya identik dengan mahasiswa. Bukan bermaksud mengenyampingkan pemuda yang duduk di bangku sekolah lanjutan atas, melainkan pemuda yang identik dengan mahasiswa ini biasanya proses berpikirnya mulai kompleks, gelora kepemudaaan lebih matang, dan berani dalam bertindak. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa berada pada puncak mengeksistensikan pemikirannya. Terbukti jauh sebelum sekarang, gelora tersebut muncul pada pemuda bangsa ini tepatnya 28 Oktober 1928 pemuda Indonesia mengeksistensikan pemikirannya salah satunya berbahasa satu bahasa Indonesia dalam sebutannya sumpah pemuda.
            Bahasa Indonesia bukan berarti baru lahir pada sumpah pemuda, namun bahasa Indonesia telah ada sebelumnya yang telah kita sama-sama ketahui akarnya adalah dari bahasa Melayu. Bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) digunakan bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara.[2] Ini disebabkan bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai salah satu alat komunikasi mereka. Semakin maraknya penggunaan Bahasa Melayu oleh masyarakat di beberapa daerah turut mengikuti corak kebudayaan di masing-masing daerah tersebut. Melihat keadaan ini pemudalah yang pada saat itu sadar bahwa persoalan bahasa ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Mereka berkumpul untuk menyatukan suara sampai penuh serta ditumpahkan dalam teriakan tiga rumusan sumpah pemuda.
            Sumpah pemuda sadar atau tidak sadar telah mengantarkan dan mendekatkan bangsa ini kedepan cita-cita terbesarnya, merdeka. Secara perlahan namun pasti momentum kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan bangsa Indonesia semakin pesat. Khusus dalam pengaplikasian bahasa Indonesia sebagai bahasa yang satu digunakan dalam setiap lini. Perdangangan, perpolitikan, sampai persuratkabaran di media-media cetak pada saat itu digalakkan dalam menggunakan bahasa ini. Puncak nyata keberhasilan adalah perumusan teks proklamasi disusun dalam bahasa Indonesia, sejak itulah resmi bangsa ini merdeka.
            Melalui perantara bahasa, cita-cita besar bangsa terwujud. Indonesia saat itu boleh saja membusungkan dada tinggi-tinggi akan keberhasilannya keluar dari jeratan penjajahan yang lebih dari sekedar kenyang melanda. Masa silam yang dialami bangsa inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi bangsa lain. Sejak dulu hingga saat ini bangsa lain tetap datang kesini namun, tidak lagi dalam pakaian penjajahan secara kasat mata misalnya dengan mengambil pakasa hasil bumi Indonesia atau membelinya dengan harga yang sangat minim sehingga rakyat pada saat itu tidak mengenal kata surplus. Saat ini bangsa lain silaturahmi ke bangsa ini dengan berbagai kepentingan seperti berdagang, membangun industri, mendirikan lapangan pekerjaan, dan lain sebagainya. Satu hal yang harus menjadi kesadaran bagi bangsa ini bahwa pendatang tersebut ternyata datang pun membawa kebudayaan, gaya hidup, yang lekat dengan mereka. Kesadaran ini harusnya segera dibentengi bagi mereka yang masih berkategori pemuda. Pemudalah yang paling mudah menerima pemikiran-pemikiran baru.
            Sayangnya benteng pemuda bangsa ini masih tidak sekokoh benteng pemuda di abad sumpah pemuda itu. Budaya hidup ketimuran bangsa ini perlahan mulai bergeser diantaranya: menjamurnya perilaku konsumtif, responsif positif pada bahasa asing, dan lain sebagainya sulit untuk dibendung lagi. Bahasa Indonesia seolah turun pamor bak artis ibu kota yang terlanjur tidak diminati lagi lantaran banyak pendatang baru. Pendatang baru yang saya maksud ialah bahasa asing. Jika hal ini terus dibiarkan maka mungkin saja akan terasa asing ketika berada di negeri sendiri. Sebagai contoh apabila kedatangan orang asing di tanah air Indonesia banyak sekali diantara masyrakat kita berkomunikasi menyesuaikan bahasa pendatang tersebut. Semakin terasa diistimewakan sekali pendatang tersebut.
            Sungguh kemirisan ini dirasakan setelah fenomena sekarang tidak sebagaimana yang diharapkan. Sejarah yang mengantarkan kita sampai pada saat ini tidak dipungkiriada peranan bahasa di dalamnya. Jika bahasa dapat menyatukan bangsa ini, maka seterusnya pun bahasa bisa menjadi alternatif untuk bersaing dengan kemajuan bangsa lain. Jika dahulu bahasa mampu digerakkan oleh para pemuda untuk menyongsong cita-cita bangsa lantas sekarang kemana pergerakan pemuda itu? kehilangan arahkah pemuda kita?.
            Kenyataan yang terjadi kini tak perlu lagi dibahas terlalu lebar karena pertanyaan diatas menuntut kita untuk mencari solusi terbaik yang harus dilakukan bangsa ini, terutama oleh elemen penggerak yang muda, pemuda sebagai harapan. Pemuda yang memiliki mobilitas tinggilah yang mampu membawa bangsa ini kepada persaingan dengan bangsa lain. Seperti yang telah dikatan sebelumnya bahwa bahasa bisa menjadi alternatif penggeraknya. Pemuda cukup membakar kembali semangatnya seperti pemuda zaman sumpah pemuda itu. Kenali bahasa kita dengan sebaik-baiknya terlebih dahulu, bahasa Indonesia tidak menuntut bangsa ini untuk memahaminya tetapi dengan memahami bahasa Indonesia maka kita mampu mengangkat derajat bangsa ini.
            Menurut Dendy Sugono, kepala Pusat Bahasa, kita harus meningkatkan mutu daya ungkap bahasa kita. Bahasa Indonesia dituntut mampu mengungkapkan berbagai keperluan yang dibutuhkan dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta dalam berinteraksi secara luas, global.[3] Dalam keperluan bermasyarakat, bahasa Indonesia harus memiliki keluwesan pengungkapan yang beragam dan santun. Sedangkan dalam keperluan berbangsa maka bahasa Indonesia harus tetap mempu menjadi alat pemersatu serta menjadi lambang bagi jati diri bangsa yang menjadi kebanggaan. Bahasa Indonesia pun dituntut tetap mempu menjadi sarana bagi pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, serta dalam media massa. Keterkaitan bahasa Indonesia dengan interaksi dunia internasional adalah bahasa Indonesia harus mampu menarik daya pesona masyarakat internasional untuk belajar bahasa Indonesia.  
            Untuk dapat mengikuti persaingan di kancah internasional bahasa Indonesia membutuhkan pemekaran dalam peristilahan. Persaingan saat ini tentunya harus seimbang mengikuti perubahan dan perkembangan zaman. Sebagai agen perubahan, pemuda harus peka terhadap kebutuhan-kebutuhan bangsa ini dalam hal peristilahan bahasa. Pemekaran istilah di bidang ilmu pengetahuan, bidang teknologi informasi, bidang budaya dan daerah, dan lain sebagainya menjadi perhatian selanjutnya. Istilah dalam bidang ilmu pengetahuan harus senantiasa dipadankan dengan istilah-istilah yang banyak bermunculan di berbagai bisang ilmu itu sendiri (seperti agama, pendidikan, psikologi, hokum, kimia, fisika, matematika, biologi, filsafat, farmasi, teknologi komunikasi, perbintangan, kedokteran, dan sebaginya). Pemuda yang bergerak di bidang ilmu pengetahuan tersebut masing-masing membutuhkan peristilahan baru untuk kode bahasa Indonesia yang mutakhir. Maka kita dapat membentuk glosarium bagi bidang ilmu tersebut.
            Dalam bidang teknologi informasi pun harus terkini. Teknologi informasi kini pesat kemajuannya. Sebagai contoh teknologi komputer tidak hanya menghasilkan alat bantu kerja tulis dan cetak saja bahkan kini merambah menjadi fungsi komunikasi. Terciptanya jejaring-jejaring sosial, kebutuhan pengaplikasian untuk menunjang kemunikasi dalam jejaring sosial tersebut tentu produksi bangsa lain. Hal ini sah-sah saja sebenarnya, hanya saja jika kita belum mampu memproduksi sebuah aplikasi dalam teknologi informasi ini paling tidak kita lantas menolah menelan mentah-mentah produksi tersebut. Cukup dengan mencari istilah baru dalam bahasa Indonesia mampu menjadi langkah awal kita dalam menunjukkan sikap berdaya saing dengan bangsa lain meskipun itu menjadi pelecut keras bagi kita dalam meresponsi canggihnya teknologi tersebut.
            Wilayah Indonesia yang berkepulauan dan bersuku-suku daerah tidak dipungkiri memiliki bahasa daerah yang banyak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan instansi pemerintah yakni Pusat Bahasa tercatat terdapat 746 bahasa daerah yang ada di nusantara ini. Bukan angka yang kecil untuk menyatakan bahwa kita miskin diksi dalam peristilahan. Banyaknya bahasa daerah dapat kita manfaatkan untuk memperkaya khasanah bahasa pemersatu kita, bahasa Indonesia. Upaya ini dapat menjadikan masyarakat Indonesia merasa ikut mengarahkan perkembangan bahasa kebangsaannya sehingga tumbuh rasa ikut memiliki dan mencintai tanah air ini.
            Selanjutnya kampanye cinta bahasa Indonesia bisa dilakukan. Cinta bahasa berarti lekat serta erat dengan sastra. Sastra ada dalam wujud bahasa. Kampanye merupakan salah satu upaya yang juga berperan penting dalam menyemarakkan dan menggalakkan penggunaan bahasa Indonesia dalam berbagai bidang kehidupan dan apresiasi sastra. Kampanye cinta bahasa Indonesia dilakukan ke seluruh lapisan masyarakat dengan berbagai pendekatan dan metode yang tentunya kembali di sesuaikan dengan perkembangan zaman. Kampanye tidak hanya dilakukan oleh sekelompok orang di tengah lapang, namun kampanye disini dapat diaplikasikan dalam hal-hal yang kecil dan paling dekat dengan kehidupan. Misalkan membacakan dongeng dengan bahasa yang baik kepada anak-anak, penulis dalam mengungkapkan suatu pendapat dengan menggunakan bahasa Indonesia yang apik, guru yang sedang mengajar di kelas, aparatur pemerintah, wartawan, dan yang lebih penting dan strategis dilakukan di kalangan pelajar atau mahasiswa.
            Kampanye cinta bahasa Indonesia selain menjadi jalur penyuluhan pun dapat dilakukan dalam media cetak ataupun elektronik serta media luar ruang lainnya. Dalam media ini menurut saya merupakan tindakan kampanye yang paling dekat dengan masyarakat dan cepat diserap dan diterima. Dengan mengimbau bahwa masyarakat harus senantiasa cinta bahasa Indonesia dan tidak malu berbahasa Indonesia lagi-lagi sebagai upaya penyiapan genersi pelapis melalui penanaman kecintaan terhadap bahasa Indonesia itu sendiri. Upaya lainnya ditempuh dengan cara memberikan sebuah apresiasi atau penghargaan terhadap pengguna bahasa Indonesia terbaik di beberapa instansi. Dengan ini diharapkan mampu menumbuhkan sikap persaingan positif dalam mencintai bahasa persatuan ini.
            Tidak habis membicarakan gelora pemuda karena ialah yang paling energik serta memiliki mobilitas yang tinggi dalam melakukan sesuatu. Maka pantaslah jika banyak yang menyebut pemuda sebagai pengalihan tongkat estafet perjalanan suatu urusan, kemajuan Negara. Banyak jalan yang bisa ditempuh oleh para pemuda melalui hasil pikiran-pikiran cemerlangnya. Bangsa lain beradab karena pengahargaan rakyatnya yang tinggi terhadap bahasanya. Mereka sadar bahwa bahasa menunjukkan bahasa serta cermin tinggi bangsa karena bahasa yang diakui dinegaranya.
            Belajar dari sejarah tentu banyak mengambil pelajaran berarti bagi kehidupan kedepannya. Sudah saatnya pemuda Indonesia memuka mata untuk lebih peduli terhadap kemajuan bangsa. Kejelian pemuda membaca situasi serta kondisi saat ini dan untuk masa depan merupakan kunci sukses bagi kemajuan bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mau bersaing dengan bangsa lainnya secara sehat dan sportif.  Semoga kedepannya tidak ada lagi pemuda bangsa yang masih berpangku tangan melihat kondisi bangsa yang sudah saatnya dibenahi. Dengan apa lagi kita dapat mempersatukan bangsa ini? dengan agama? Kita ketahui bersama agama yang diakui di Negara ini lebih dari satu, seringkali terjadi persikutan kecil melalui perbedaan agama. Menurut saya satu-satunya harapan yang dapat menyatukan bangsa ini adalah bahasa.
*****         


[1] Elizabeth Hurlock, Perkembangan Anak jilid 1(Jakarta: Erlangga, 1987).
[3] Sugono, Dendy. Pesona Bahasa dan Satra Indonesia di Mata Dunia Internasional (makalah untuk seminar nasional Ikatan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia se-Indonesia (IMABSII)). (12 Juli 2010).

Jumat, 25 Maret 2011

DARATAN CINTA MILIK PALESTINA

Oleh: Ayuningtyas Kiswandari


Kemenangan itu hakikatnya milik siapa?
Syuhada telah meninggalkan kapal fana ini
Sejuta cinta
Air mata bahagia
Aroma surgawi telah meletup-letup dalam dadanya

Siapakah yang berhak atas kemenangan?
Ini hanya episode kehidupan
Untuk menelan getirnya medan pertempuran
Babak demi babak dilalui
Adegan per adegan dilakoni secara sempurna
Lebih sempurna dari pemain laga peraih piala

Adakah yang bertanggung jawab atas kemenangan nantinya?
Acungkan tanganmu kawan!
Acungkan yang ingin bertanggung jawab
Semua hanya retorika belaka

Pemimpin mana lagi yang mau adu edukasi di atas mimbar dunia?
Kami berani menjamin
Sejuta pemimpin yang naik ke atas mimbar dunia itu,
Mereka akan bisu, terpasung, bahkan buta

Dunia ini benar-benar bagai memejamkan matanya…

Demi sejengkal daratan yang bergenang darah
Mereka saja tak lelah menebar cinta
Tanyakan pada seluruh penjuru dunia
Siapakah yang benar-benar empati padanya?

Sodorkanlah semua kekuatanmu yang ada
Karena Allah tak pernah diam
Untuk menolong daratan cinta milik Palestina…