Jumat, 08 April 2011

Langkahku Menapak Cita


Bersama 7-2 (seusai pelajaran olah raga)

Boys are in 7-1_Chiizzz
Muslimah di 7-1 (miss u childrens^^)
Oleh: Ayuningtyas Kiswandari



Adanya pohon selingkar tangan berasal dari bibit dalam tanah
Akan sampai pada lima KM dimulai dari satu langkah

Seperti itulah kira-kira kata mutiara yang dapat mendeskripsikan bagaimana sebuah cita-cita itu tidak akan tercapai tanpa sebuah permulaan dan tekad untuk mewujudkannya. Masih terkesima dengan pengalamanku berdiri di depan kelas pada saat PPL (Praktek Pengenalan Lapangan). Mahasswa semester 7 yang mengambil jalur kependidikan pasti akan menelan mentah-mentah pengalaman mengajar di sekolah. Ya, menjadi guru sekaligus asisten bagi guru bidang studi di sekolah yang ditunjuk.

Entah bagaimana perasaan guru bidang studi saat menerima mahasiswa PPL, aku tidak merasakan jelas. Pastinya sebagai mahasiswa kami sangat membutuhkan bimbingan beliau dalam terjun ke lapangan pendidikan. Proses belajar mengajar yang dulunya aku menjadi objek (siswa), kini menjadi subjek (guru). Ilmu? janganlah ditanya. Mahasiswa sudah melalui proses penimbaan ilmu dari semester ke semester, yang menjadi kegundahan adalah ketika aku (mahasiswa) harus mampu mentransfer ilmu yang kumiliki pada sekitar 40 anak. Tidak hanya itu, perangkat pembelajaran, metode pengajaran, dan tetek bengek lainnya pun harus aku kuasai.

Siap tidak siap inilah episode hidup yang harus kuhadapi. Perkenalan indah membekas di sanubari terdalamku. Mendapatkan kesempatan mengajar anak-anak kelas satu SMP (7). Bagaimana caraku meluahkan semua perasaan ini? sungguh anak-anak itu masih sangat polos, badannya mungil-mungil, suaranya masih kanak-kanak, tingkahnya selalu mencari perhatian gurunya. Ah! Dasar anak-anak selalu menggemaskan. Kesabaran demi kesabaran terus menyelimutiku menghadapi mereka. Jika aku keras sedikit maka anak-anak langsung diam dan menekukkan wajahnya seraya berkata "Ibu guru galak banget siiihhh...". Jika mereka bosan aku harus mencari cara agar mereka semangat kembali. Hebat! Benar-benar kurasakan betapa mulianya profesi seorang guru itu.

Jauh silam meninggalkan masa kini, masa dimana kini aku menjalani PPLku. Ingat sekali saat aku masih kanak-kanak cita-citaku menjadi guru. Jika kebanyakan anak menginginkan menjadi seorang dokter, maka aku lantang menjawab ingin jadi guru!. Meski tanpa perencanaan, karena semua mengalir begitu saja, aku yakin ini semua adalah aliran doa-doa ibu dan bapakku yang tak lelah mendoa untuk kebahagiaan anaknya. Benarlah aku takkan sampai pada PPL jika tidak memulai dengan tekad menjadi seorang guru.

Kelak Allah akan membuka jalan panjangnya untukku. Ya, entah benar jadi guru sesungguhnya atau tidak, paling utama yang harus disadari, aku adalah madrasah pertama bagi generasi selanjutnya.

Jika bukan karena guru
Mungkin takkan ada profesi lain
Dokter pintar karena guru
Insyinyur cerdas karena guru
Ulama terarah pun karena guru

Guru di atas guru...
Jangan pernah berhenti untuk berguru
Yang terbaik adalah
Menjadi guru tanpa harus menggurui...


Rawamangun, 16/08/2010_23.15
-Syahru Ramadhan-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar