Kamis, 14 Juli 2011

Memori Saat Bersama, Mas

Goresan sebuah masa antara aku dengan kamu, Mas…

            Saat dipersatukan dalam bingkai mawar dan melati segar dengan lantang mas mencuri perhatian Allah, malaikat, dan seribu satu undangan. Resmi sudah aku menjadi permaisuri hatimu. Bagiku tidak cukup satu setengah tahun hari-hariku penuh dengan semerbak gerak-gerikmu. Aku ingin lebih dari itu karena ini memori tentangmu, sayang…



Saat pandang kita bertemu. Aku mengerti, mas sedang memahamiku.

Saat matamu menatapku,  aku pun mengerti bahwa mas sedang meyakinkanku

;begitulah saat matamu berbicara. Mengungkapkan lebih dari bendungan perasaanmu.

Mengurai kekhawatiranmu akan diriku.

Aku menangkap banyak makna dari siluet tatapmu.



Saat jemarimu mengeja jemariku.

Aku mengerti, mas ingin sekali menuntunku.

Bukan sekedar menuntun melainkan mas juga ingin dituntun.

Maka, saat itu mas benar-benar menggenggam tanganku.

Lagi-lagi mas sedang meyakinkanku

;genggamanmu meyakinkan akan kuatnya perasaanmu padaku.



Saat bahumu begitu tegap disampingku.

Aku mengerti, mas menawarkan sandaran untukku

;sandaran manusiawi yang berfasilitas surgawi.

Begitulah bahumu menyiratkan ketenangan demi menjagaku.



Saat mas mengecup punggung tanganku.

Saat itu mas memajamkan mata.

Sesaat aku kehilangan siluet matamu.

Namun, mas menggantinya dengan sketsa kehangatan

;begitulah saat mas meluahkan seluruh rasamu padaku.

Saat itulah aku ingin detik waktu berhenti di suasana ini.



Aroma di setiap saat bersama mas itu menjadi tulisan pada lembaran diari hariku. Sejak kukenal di akhir tahun silam, mas selalu menjadi purnama dihatiku,



”aku sayang padamu,” katamu serius.



”apa yang berbeda dari sayang padaku terhadap yang lain?,” tanyaku tak kalah serius darinya. Cukup kerlingan matamu menjadi jawaban. Tega nian dirimu, mas. Sejak itu aku terus mencari jawaban dari kerlingan matamu.     

Kini semua tak ada lagi saat itu, yang ada hanya saat sebuah memori tentang kesepian menghampiriku. Naas semua sudut ruangan ini tak mampu melenyapkan bayangmu. Saat bersama mas itulah yang membekas sampai nanti, sampai kita dipertemukan lagi. Sayangnya, aku baru benar-benar mendapatkan arti kerlingan matamu itu sesaat sebelum mas berpamitan dari sisiku, Innalillahi wa inna ilaihi roji’uun.


Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba FF tentang Rindu dan Kehilangan, namun belum takdirnya untuk menang. hihihihi... Daripada naskah ini didiamkan saja akhirnya saya share ajalah di blog... oh ya, naskah ini terinspirasi dari Angelina Sondakh yang ditinggal oleh suaminya, Alm. Adjie Massaid. (waktu itu di televisi ditayangi terus-terusan sih, jadinya gregetan nulis deh, kebetulan juga ada event menulis dengan tema yang cocok, kirim deh..., hehehehhe)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar